Kamis, 30 Desember 2010

OBAT TRADISIONAL

Penambah Nafsu Makan
Oleh : Agung setyo prabowo
D / kp / VII
Obat penambah nafsu makan biasnya menggunakan vitamin suplemen yang bisa anda dapatkan di apotik atau toko obat lainnya. Tapi selama penambah nafsu makan bisa dibuat dengan obat herbal alami, mengapa tidak?
Saya biasa menggunakan temulawak untuk mengobati nafsu makan saya yang kurang. Tapi untuk lebih lengkapnya, anda bisa membaca secara keseluruhan berbagai macam ramuan dari beberapa jenis herbal untuk penambah nafsu makan.

1.      LEMPUYANG WANGI

Ambil lempuyang wangi kira-kira seukuran 3/4 jari, kemudian cuci pakai air bersih. Setelah itu, parut dan beri air masak 3/4 cangkir. Tambahkan madu satu sendok makan. Hasil parutan itu kemudian diperas dan disaring, tambahkan madu satu sendok makan. Diminum satu kali sehari.
2.       TEMULAWAK

Ambil temulawak kira-kira yang berukuran 1/2 jari, lalu cuci bersih. Setelah itu parut, dan beri air masak dua sendok makan. Hasil parutan diperas dan disaring, Tambahkan madu satu sendok makan.  Diminum satu kali sehari.

3.      TEMU HITAM

Potong  temuhitam kira-kira seukuran 3/4 jari lalu cuci dengan air bersih dan rebus sampai mendidih dengan tiga gelas air (sampai airnya tinggal 3/4 saja). Setelah dingin, larutan tadi disaring, campurkan dengan gula aren. Diminum satu kali sehari.

4.       DAUN PEPAYA

Ambil daun pepaya yang muda, kemudian cuci pakai air bersih. Lalu tumbuk sampai halus, dan beri air masak sekitar 3/4 cangkir. Peras dan saring. Tambahkan madu satu sendok makan. Diminum satu kali sehari.
5.       DAUN SEMBUNG

Ambil daun sembung satu genggam. Kemudian cuci dan rebus dengan air sebanyak tiga gelas, sampai airnya tersisa 3/4 saja. Tunggu sampai ramuan dingin, setelah itu saring dan campurkan madu dan berikan pada anak. Untuk menghasilkan manfaat lebih maksimal, sebaiknya diminum dua kali sehari.

6.      TOMAT

Pilih Tomat yang matang dan segar lalu potong-potong dan buang bijinya. Blender tomat  dan sajikan dalam bentuk jus tomat. Rasa tomat yang agak masam karena tomat kaya akan garam mineral, Inilah yang dengan segera menerbitkan nafsu makan, tak lama setelah menyantapnya. Mineral-mineral ini juga merangsang pengeluaran air liur, yang menambah rasa lapar dan memungkinkan makanan dicerna dengan lebih baik.






Obat Tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat
alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan
atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat
(TO)
Beberapa aspek OT/TO, terkait dengan manfaat dan keamanannya untuk menambah informasi
tentang tanaman obat/obat tradisional.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN OBAT TRADISIONAL / TANAMAN OBAT

A. Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa kelebihan, antara
lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki
efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih
sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

1). Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat OT/TO akan
bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan,
pemilihan bahan serta penyesuai dengan indikasi tertentu seperti :

a. Ketepatan takaran/dosis
b. Ketepatan waktu penggunaan
c. Ketepatan cara penggunaan
d. Ketepatan pemilihan bahan secara benar
e. Ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu

2). Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional/komponen
bioaktif tanaman obat
Beberapa contoh TO yang memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya untuk diuretik bisa
digunakan daun keji beling, daun kumis kucing, akar teki, daun apokat, rambut jagung dan lain
sebagainya. Sedangkan efek komplementer (saling mendukung) beberapa zat aktif dalam satu
tanaman, contohnya seperti pada herba timi (Tymus serpyllum atau T.vulgaris) sebagai salah
satu ramuan obat batuk.

3). Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkan tanaman tersebut
memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (seperti pada akar kelembak).


4). Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis;
Sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma (sesak nafas),
ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory).

B. Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar
bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara
lain : efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis
serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme. .

 EFEK SAMPING TANAMAN OBAT/OBAT TRADISIONAL

Perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan OT yang baru diketahui berbahaya,
setelah melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang bersifat
keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu
pula. Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah menimbulkan gangguan, akan lebih
berbahaya daripada bahan yang baru dapat mengganggu kesehatan dalam dosis besar.
Walaupun demikian efek samping TO/OT tentu tidak bisa disamakan dengan efek samping obat
modern. Pada TO terdapat suatu mekanisme yang disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat
menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating
Subtanted).

PENYALAHGUNAAN OBAT TRADISIONAL/TANAMAN OBAT
Sebagaimana halnya obat-obat sintesis, OT/TO pun seringkali disalah gunakan oleh oknumtertentu baik untuk pemakaian sendiri maupun ditujukan kepada orang lain dengan  maksud- maksdu tertentu. Bila pada obat-obat sintesis sering diinformasikan adanya penyalah gunaan obat-obat golongan psikotropika (obat tidur, penenang/tranquilizer), maka pada OT penyalah gunaan itu juga dilakukan dengan berbagai kasus. Diantaranya yang sering terjadi adalah kasus penyalahgunaan cara pemakaian (seperti daun ganja, candu untuk dicampur dengan rokok, seduhan kecubung untuk flay dsb.), juga tujuan pemakaian (misalnya jamu terlambat bulan dicampur dengan jamu pegel linu untuk abortus) dan yang lebih luas lagi adalah penyalah
gunaan pada proses penyiapan/produksi dengan cara menambahkan zat kimia tertentu/obat
keras untuk mempercepat dan mempertajam khasiat/efek farmakologisnya sehingga dikatakan
jamunya „lebih manjur, mujarab, ces-pleng‟ dan lain-lain.








Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa OT/TO dapat bermanfaat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, lebih-lebih dalam upaya preventif dan promotif
bila dipergunakan secara tepat. Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu
penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya.
Sebaliknya OT/TO-pun dapat berbahaya bagi kesehatan bila kurang tepat penggunaannya (baik
cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan.
Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang TO/OT, untuk menghindari hal-hal
yang merugikan bagi kesehatan.





KEPUSTAKAAN
-------------, 2001, Jamu Campur Obat Keras dicabut Registrasinya, (Harian Umum, Kompas,
Jakarta, Nov. 2001)
------------, 2002, Potensi Obat-obat Tradisional perlu Digali, Harian Umum, Suara Merdeka,
Semarang, 26 Januari 2002.
Dzulkarnain B., 1989, Obat Tradisional Tidak Tanpa Bahaya,Cermin Dunia Kedokteran No.59
(hlm. 3-6)
Maheshwari H., 2002, Pemanfaatan Obat Alami : Potensi dan Prospek Pengem-bangan,http :
//rudct.tripod.com./sem2_012/hera_maheshwari.htm
Pramono S., 2002, Reformulasi Obat Tradisional, Seminar Sehari “Reevaluasi dan Reformulasi
Obat Tradisional Indonesia”, Majalah Obat Tradisional & Fak.Farmasi UGM,
Yogyakarta
Santosa O.S., 1989, Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional, Cermin Dunia Kedokteran
No.59 (hlm. 7-10)
Saptorini E., 2000, Efek Samping Tanaman Obat, Sisipan (Mudah, Murah, Manjur) SENIOR,
No.58 (11-17 Agustus 2000)
http://www.jurnalkimiaku.blogspot.com/